Menyelam dalam perguruan tinggi sejak tahun 2000, banyak sekali ditemukan kesalahan dalam pemasaran perguruan tinggi. Salah satunya, adalah belum bisa membedakan antara promosi dan pemasaran. Bahkan ada perguruan tinggi yang menghabiskan ratusan juta, ternyata belum meyentuh dalam pemasaran baru promosi saja. Sudah puluhan kali sharing ke berbagai lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi. Sebelum sharing dan berbagi strategi pemasaran, biasanya saya ajak diskusi dulu atas apa yang sudah dilakukan. Rata-rata perguruan tinggi kecil barus sebatas promosi belum pemasaran.

Lalu, bagaimana solusi dalam promosi dan pemasaran perguruan tinggi? Promosi hanya sebagian keciel saja dari unsur pemasaran. Promosi perguruan tinggi, ibarat mengabarkan adanya layanan jasa pendidikan, dengan prodi ini itu dan potongan harga sekian-sekian.

Lalu apa saja 5 kesalahan dalam promosi perguruan tinggi?

Pertama, Baru Promosi belum Memasarkan
Pemasaran perguruan tinggi melibatkan strategi mulai dari segmentasi yang dirumuskan, target yang akan dituju dan positioning yang akan ditanam di benak konsumen. Promosi sekedar mengabarkakan, mengkomunikasikan kepada umum atas jasa pendidikan. Misal, ketik ketemu teman di ruang tunggu bandara, lalu mengatakan di perguruan tinggi tempatkua bekerja, prodinya ada 30, maka itu bagian dari promosi. Sedang pemasaran perguruan tinggi, harus melihat dengan siapa akan berkomunikasi, dengan cara apa, dan persepsi apa yang akan ditanam. Lucu kalau kita menawarkan program sarjana kepada orang yang sedang menempuh program magister semester akhir.

Kedua, Tidak paham audiens, Promosi Asal Bunyi
Audiens menjadi penting dalam promosi perguruan tinggi. Hal ini karena tidak semua niatan kuliah berangkat dari dari calon mahasiswanya, tapi bisa juga karena orangtunya. Misal anaknya tidak mau kuliah, lalu kita sodorkan brosur perguruan tinggi, bisa saja brosur itu langsung dihancurkan agar tidak dibaca orangtuanya. Misal akan berbeda jika brosur itu langsung diserahkan kepada orangtuanya.

Ketiga, Salah Membangun Persepsi Pasar
Calon mahasiswa itu memiliki banyak kepentingan dalam memilih kampus. Sehingga dalam promosi perguruan tinggi harus memperhatikan unsur kepentingan itu. Misal, kita menyodorkan brosur perguruan tinggi dengan informasi tentang berkualitasnya proses pembelajaran, harus 100% hadir, disiplin, dosen berkualitas dan kompeten. Praktek lapangan begitu banyak dan lengkap yang ditempuh. Tapi kalau ketemua calon mahasiswa yang sudah bekerja, dan niatnya mau ambil kelas karyawan, asal bisa dapat sertifikat, maka semua yang keliatan hebat itu jadi penganggu,, karena niatnya kuliah yang mudah ditempuh dan tidak terlalu ketat.

Keempat, Mengandalkan RoadShow luar kota
Saking frustasinya, banyak pemasar perguruan tinggi langsung jadwalkan road show ke ratusan tempat. Membawa proposal bagi hasil dengan pihak sekolah. Ini kadang kurang efektif, karena di sekolahan pun, numpuk proposal dan surat dari banyak perguruan tinggi. Lalu mana yang mau didahulukan dari ratusan proposl dan surat? Apakah dari yang nilai rupiahnya tinggi? Belum tentu orangnya yang mau ke perguruang tinggi tersebut, karena bisa saja biayanya dianggap terlalu tinggi.


Kelima, Cuma memiliki 1 brosur/flyer untuk semua program
Fatal kalau perguruan tinggi cuma memiliki 1 jenis desain brosur/flyer saja lalu dibagikan ke semua pihak. Pada dasarnya konsumen bukan 1 tipe, bukan 1 harapan, bukan 1 kepentingan, tapi memiliki banyak harapan yang berbeda-beda dan terkadang tidak terjawab dalam media promosi. Sehingga pentingnya memikirkan berbagai bentuk media pemasaran dan cara komunikasinya. Apakah konsumen digiring untuk membacar web yang detil, atau media sosial yang detil?

Demikian 5 kesalahan promosi, yang sebenarnya bisa juga menjadi kesalahan pemasaran perguruan tinggi. Harus diingat, promosi hanya sebagian kecil dari pemasaran. Keliling Indonesia untuk sharing, saya merasakan itu harus diluruskan, masak insan pendidikan kalah pinter sama anak SMA.