Tidak pernah habis membahas kewirausahaan sebagai tema utama, jiwa wirausaha memang sebaiknya muncul dari usia remaja, sehingga penggunaan waktu mudanya menjadi produktif, setidakntya dalam pemikiran, ide, ekesekusi ide dan menghadapi permasalahan. Pendidikan kewirausahaa secara pragmatis juga sudah ada dalam kurikulum pendidikan tinggi, perbedaan mendasarnya justru pada skop penerapan dan praktek yang kadang pemasalahan muncul dan diselesaikan dengan instuisi dan naluri, yang mungkin kita dapatkan karena dalam arena praktek.

Namun dalam beberapa aktifitas ketika mendampingi di PEMDA SLEMAN dan KADIN Yogya,KPMI, dan beberapa organisasi lain maka ada beberapa kecenderungan.

  1. Pemula atau pengusaha muda pemula, kurang sabar, ingin langsung sukses, langsung mendapatkan formula terhebat menuju kaya raya dan minim usaha
  2. Pemula atau pengusaha muda pemula, ingin langsung pada keuntungan, tidak mendalami pondasi usaha, sehingga ketika ada kemunduran tidak paham benar aspek apa saja penyebabnya.
  3. Pemulada atau pengusaha muda pemula cenderung mengabaikan modal skill dan fokus kepada modal uang, tanpa uang seakan semua tidak bisa berjalan, padahal tidak mutlak seperti itu.

Sehingga dalam beberapa  hal memang pondasi dalam menjadi pengusaha, hanya berbekal perkualiahan dalam materi kewirausahaan, dan merasa gelar sarjana adalah modal keunggulan utama.

Untuk itu perlu ada mindset bahwa pengalaman dan kegagalan juga bagian dari modal, sehingga paham kapan harus melupakan kesalahan dan tidak mau melupakan pelajarannya.