Sekian belas tahun dilibatkan menjadi praktisi dan diundang untuk menjadi pendamping pemasaran perguruan tinggi, saat ini ingin rasanya menyoroti berkenaan kebiasaan road show ke sekolah dan madrasah yang masih jadi tumpuan tunggal untuk meraih mahasiswa baru. Hal ini sebenarnya, sudah bukan eranya menggantungkan pemasaran perguruan tinggi dengan taktik berkunjung ke sekolah dan madrasah, terlebih untuk jarak yang cukup jauh. Jarak cukup jauh, bisa diartikan harus menempuh perjalanan menyeberang pulu dengan transportasi pesawat dan menginal di hotel.
Kenapa pola taktik pemasaran perguruan tinggi dengan road show, tidak bisa dijadikan tumpuan tunggal? Suatu hari sekitar tahun 2014, diminta sharing ke beberapa guru sekolah menengah atas di Yogyakarta. Hadir dalam pelatihan tersebut lebih dari 40 guru termasuk kepala sekolah. Setelah pembahasan materi utama, sampailah pada sesi informal, yaitu sesi di luar acara resminya. Diskusi dengan guru dan kepala sekolah, berkenaan pola kerjasama dalam penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi. Sekilas menyiratkan, bahwa pemasaran perguruan tinggi dengan pola road show, akan jadi blunder di sekolah, jika tidak cermat mengatur taktiknya. Kenapa?
- Banyaknya surat, proposal, dan ajakan kerjasama ke pihak sekolah terutama SMA sederajat untuk memasukkan siswanya ke perguruan tinggi, sudah ada fase jenuh, jika hanya sekedar penawaran
- Pola komisi atau marketing fee, sudah menjadi ukuran, ibaratnya seperti senjata perang untuk penentuan kemenangan. Besaran angka yang kecil bisa dilindas oleh angka yang besar, tidak melihat perguruan tingginya
- Subyektifitas guru tergambarkan jika pada 1 sekolah, maka ada beberapa guru dilibatkan oleh perguruan tinggi berbeda, maka siswalah yang menjadi gamang, atas penilaian mana perguruan tinggi yang sebenarnya cocok dan terbaik untuk kepentingan siswa
- Banyak perguruan tinggi yang sudah mengikat secara emosional dan struktural kepada beberapa sekolah dan madrasah misal perguruan tinggi dari ormas tertentu, yang memiliki lembaga pendidikan dari sejak TK hingga perguruan tinggi
- Pihak sekolah akan sangat ramah, bisa saja ketika pagi hari menerima dari pihak perguruan tinggi A, dengan sangat baik dan ramah, tapi sorenya bisa saja menerima dari perguruan tinggi B, C dan D dengan pelayanan yang sama
Selain itu, tentu pola roadshow pemasaran perguruan tinggi juga membutuhkan biaya besar baik dari transportasi, akomodasi dan ATK dan waktu yang dibutuhkan juga cukup banyak, dihitung dari sisi jumlah jangkaun kepada siswa yang diraih. Selain kondisi tumpukan penawaran yang sudah diterima sekolah dan madrasah saat ini, juga kondisi variasi prodi baru, belum tentu dipahami oleh guru.
Sehingga, perlu adanya peningkatan hubungan antara perguruan tinggi dan sekolah, dalam rangka simbiosis mutualisme, Setidaknya ada 12 cara menjaga kekuatan tersebut, agar bargaining position perguruan tinggi diperhitungkan dibanding pesaing. Selamat bermarketing