Dalam upaya branding kebanyakan mempoisiskan tagline atau byline sebagai cara komunikasi singkat yang mudah diingat konsumen, dengan sentuhan yang kata indah, kata bermakna atau harapan. Namun dari semua itu haruslah didasari pada upaya membangun persepsi yg mudah ditangkap.
Saat ini jika membahas tagline & by line, banyak sekali UKM menyusun tagline dan by line secara asal nemu, tapi tidak masalah .
Dari sekian cara yang ada untuk menemukan by line atau tagline maka bisa mengambil inisiatif
Merek sebagai persepsi fungsional;
Merek ini akan mudah diserap makna nya oleh konsumen yang pada akhirnya akan membangun keyakinan kepada konsumen, atas harapannya terhadapa layanan dan produk yang diinginkan.
Merek ini akan mudah diserap makna nya oleh konsumen yang pada akhirnya akan membangun keyakinan kepada konsumen, atas harapannya terhadapa layanan dan produk yang diinginkan.
Contoh dari merek yg persepsional
– TIKI – Kiriman 1 hari sampai (tiada kiriman tanpa asuransi)
– TIKI – Kiriman 1 hari sampai (tiada kiriman tanpa asuransi)
– POS EXPRESS – esok hari sampai
Sederhana memang tapi orang jadi ngerti TIKI itu merek apa sih? Jasa apa dan apa keunggulan yang ditawarkan.
Kadang kita terlalu idealis sehingga makna inti tidak ditangkap karena kita terlalu bernafsu mengirim ratusan kalimat tentnag produk kita kepada konsumen, bahkan hingga berlembar-lembar. Namun lupa kepada sebuah bentuk sinyak kecil untuk persepsi yang baik dan relevan
Beda dengan beberapa rekan kita yang asal nemu dengan isitlah latah yang kadang sulit diukur konsumen
– Terbaik didunia
– Unggul dan bermutu
– Jaminan murah
Di atas ini masih ngambang kan, seharusnya dimodifikasi FUNGSI apa yang murah, unggul, terbaik, menjai sesuatu yg jelas dan mudah di analogikan “dengan cepat” dan jelas proporisnya