Jatuhnya Pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Kamis 10 Mei 2012 merupaan sesuatu yang kontradiktif dari niatan diterbangkannya pesawat tersebut, yang awalnya diharapkan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen akan pesawat Sukhoi yang jatuh tersebut dengan mencoba terbang.

Jatuhnya Pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak bukan saja soal pesawat merek Sukhoi, tetapi soal bagaimana Produk USA/ EROPA versus RUSIA di mata orang Asia, di mata penerbangan komersial Indonesia, karena untuk pesawat tempur sudah berhasil masuk ke beberapa negara di Asia sejak lama.

Jatuhnya pesawat Sukhoi  ini bukan semata karena kurang layak terbang,karena pesawat ini sudah dicobakan dari rute Rusia, Kazakhztan, Pakistan, Myanmar, dan Indonesia.

 

Dari sisi Value Added, untuk isyu keselamatan penumpang+crew, Sukhoi, SSJ-100 ini dilengkapi pendeteksi kegagalan sistem. Didukung Traffic Collision Avoidance System (TCAS) generasi kedua yaitu  sistem pendeteksi bila pesawat itu akan mengalami tumbukan dengan  pesawat lain atau obyek lain. Sistem avionik SSJ 100 memiliki keunggulan keselamatan penerbangan dan kehandalan yang tinggi. Yah itu yang ditawarkan sebagai isyunya.

Marketing dibalik Status Penyelidikan

Rusia dalam kapasitasnya sebagai negara yang akan unjuk teknologi pesawat komersial pertamaya kepada dunia,  merasa tragedi ini memiliki arti penting atas reputasi negaranya di Asia bahkan Dunia,dalam kontek “brand” dan persaingan dengan USA/EROPA.

Ada 3 hal  yg bisa dijadikan pijkan penyebab jatuhnya Sukhoi Superjet 100

  1. Aspek Manusia, kesalahan manusia biasa menjadi  titik tumpu jatuhnya pesawat, karena dalam kenyataannya faktor manusia memiliki porsi 66% dari kasus jatuhnya pesawat. Walau untuk kasus  jatuhnya Sukhoi ini, pesawat menggunakan pilot yang hebat, sudah lebih dari 10ribu jam menerbangkan pesawat dan 1300 menerbangkan pesawat jenis Superjet
  2. Aspek cuaca, ini menjadi alasan yang memang layak dalam kasus-kasus jatuhnya pesawat , dipolitisasi atau malah realistis karena memang di sanalah, alasan yg paling dimaklumi masyarakat, karena masyrakat  yakin bahwa kondisi cuaca adalah hak Tuhan. Sebagai catatan kawasan ini memang pernah terjadi 7 kali jatuhnya pesawat.
  3. Aspek mesin dan fisik pesawat, ini menjadi alasan yg paling riskan tehadap brand dalam marketing, biasanya cukup hati-hati memunculkan penyebab ysang satu ini, karena akan menjadi opini publik baik  negatif kepada brand produsen pesawat, brand dari maskapai, atau brand pihak ketiga dalam maintenance/checker/verifikator dari pesawat.

Keluar dari persepsi buruk

Pesawat Sukhoi superjet 100 yang jatuh memang tidak bisa di Undo,sehingga memang harus diterima, walau opini publik akan cepat beredar luas dengan berbagai opini dan spekulasi sebelum dipastikan pengumuman resminya. Walau semua ini tidak saja berkenaan dengan produk tetapu juga politis, sehinga untuk membangun reputasi kembali ada beberapa bentuk, setidaknya

  • Memanfaatkan media masa untuk analisa jatuhnya pesawat dari sudut pandang maskapai dan  produsen sebelum ada pengumuman resmi dari Badan.
  • Meningkatkan teknologi dan inovasi pesawat dengan seri baru dengan pendekatan teknologi yang berbeda (baca:lebih inoatif dimata rakyat), agar tumbuh persepsi sudah ada penyempurnaan, modernisasi produk. Seperti memang ketika Boeing 737 – 300 ada kasus jatuh, namun konsumen tidak takut untuk menaiki Boeing 737- 900 ER karena memang dianggap seri baru lebih dan lebih. Sehingga bisa untuk menaikan penetrasi  pemasaran kembali dan sedikit melupakan produk yg pernah “kurang berhasil”
  • Mencari penyebab yang masuk akal untuk disampaikan ke konsumen tapi agar menghilangkan ketakuatan.

Tarik ulur Rusia dan Indonesia menjadi sangat kuat karena jatuhnya pesawat Sukhoi superjet 100,  mempengaruhi Rusia sebagai Brand, Sukhoi sebagai Brand, dan penyelenggara/EO sebagai Brand.

Brand bukan saja soal logo, tagline dan semboyan, tetapi persepsi dan karakter.  Sehingga tetap bisa dibangun…