Saat ini wawasan kewirausahaan model klasik mulai ditinggalkan, dan bergeser dengan wawasan baru yang sesuai perkembangan zaman. Apalagi dengan meningkatnya jumlah komunitas bisnis dan pengusaha, yang bisa dikembangkan secara online. Juga bisa kolaborasi dalam mengembangkan wawasan kewirausahaan antara pelaku bisnis dan akademisi.
Persaingan bisnis makin ketat dengan masuknya faktor digital dalam bisnis, dan ini membuat wirasauhawan akan makin tampak perilaku aslinya, sebenarnnya tipe proaktif atau reaktif? Para pengusaha yang sukses maupun yang sedang berjuang, tampak sekali dalam menyikapi perubahan ini, menggambarkan karakter proaktif atau reaktif.
Jika saat ini banyak pengusaha yang secara emosional menyatakan menyerah pada kondisi dan menyalahkan sistem perekonomian negara yang buruk, karena KKN masih tinggi, karena pejabat tidak becus kinerjannya, maka kita masih tergolong reaktif. Atau juga kita ingin selalu diperhatikan dengan memposisikan harus berbeda pendapatnya, agar tampak dan kelihatan lebiu pintar, maka ini reaktif
Nah secara kepribadian, di luar lingkaran sebagai pengusaha, maka posisikankan diri sendiri menjadi proaktif, entah itu ibu rumah tangga, karyawan, pengusaha, pencari kerja dll
- Proaktif selalu melihat lingkungan itu positif namun tetap pada kebutuhan yang berbeda, jika memasarkan produk tidak sembarang orang ditawari produk kita, misal tidak menawarkan pembalutmenstruasi kepada kaum pria, menawarkan obat staminapria kepada wanita atau menawarkan mobil BMW kepada siswa SMP.
- Orang proaktif dipengaruhi oleh pengolahan waktu dan energi kita untuk mempengaruhi, bukan dipengaruhi, dalam memasarkan maka memiliki ruang kreatif untuk mempengaruhi pasar, dalam melakuka kegiatan selalu ada upaya untuk kreatif, tidak menjadi orang reaktifyang selalu menyalahkan keadaan, pasrah kepada keaadaan.
Nilai tambah sikap proaktif adalah keberanian menyelesaikan masalah, mengantisipasi tantangan, dan mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya sebelum hal buruk yang beresiko terjadi. Sebaliknya, pengusaha yang reaktif cenderung menunggu masalah muncul dan kemudian meresponsnya, kadang dengan panik, gugup namun bisa juga bingung mau ngapain.
Persaingan bisnis mendorong pengusaha bersikap proaktif dan reaktif ,namun bersikap proaktif lebih tampak dan identik dengan kesuksesan. Pengusaha dengan pola bisnis proaktif selalu mencari cara untuk berkembang, mencari peluang baru, dan merencanakan masa depan. Pengusaha dengan bisnis proaktif mampu mengantisipasi tantangan dan mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya sebelum hal itu terjadi. Contohnya, bisnis yang proaktif mungkin langsung mampu berinvestasi pada teknologi atau sistem baru untuk meningkatkan efisiensi, atau mengembangkan sistem untuk antisipasi adanya potensi gangguan pada rantai pasokan.
Strategi proaktif lebih unggul karena memberikan kebebasan bagi entitas bisnis untuk menggunakan strategi dalam mengambil keputusan sendiri, bukan merespons situasi yang mungkin makin terdesak karena persaingan. Strategi proaktif memiliki peluang lebih besar untuk mempertahankan inisiatif dalam persaingan.
Sebaliknya, palaku bisnis reaktif cenderung lebih pasif, cenderung menunggu masalah muncul dan segera mengambil tindakan. Seakan lambat beradaptasi terhadap perubahan di pasar atau industri, dan mungkin kesulitan bersaing dengan pesaing yang lebih proaktif. Parahnya pelaku bisnis reaktif kadang harus dikejutkan dengan banyaknya keluhan pelanggan baru menyadari adanya masalah dalam proses bisnisnya, juga dalam hal produk atau layananny. Hal ini berpotensi kehilangan pelanggan dan rusaknya reputasi.
Bersikap proaktif lebih utama dan sebenarnya menjadi pilihan terbaik, karena proaktif artinya lebih strategis dalam pengambilan keputusan, mempunyai pandangan jangka panjang, fokus pada Kehati-hatian mungkin akan tampak, tapi sebenarnya itu lambang dari ketelitian, yang cenderung melibatkan penelitian. Mungkin ini tidak memberikan keuntungan langsung namun akan membuahkan hasil dalam jangka panjang. Masa depan bisnis yang lebih baik.
Sebaliknya pelaku bisnis reaktif cenderung berpandangan sempit, sibuk menyalahkan masalah atau pihak lain, terlalu panik karena salah fokus kepada masalah, sehingga peluang yang ada tidak tampak. Sekilas lebih cenderung mengambil keputusan emosinal atau dorongan hati dibandingkan analisis dan perencanaan yang cermat.
Pada akhirnya, bersikap proaktif dalam bisnis berarti mengambil pendekatan yang strategis dan berpikiran maju, memiliki kekuatan dalam memmecahkan masalah dan cermat dalam mengambil keputusan. Pelaku bisnis yang proaktif mempunyai peluang lebih besar untuk sukses dalam jangka panjang. Sebaliknya, bisnis yang reaktif cenderung sulit bersaing dengan pesaing yang lebih proaktif.
Implementasi Strategi Proaktif
Perbedaan implementasi strategi proaktif dan strategi reaktif, terletak pada persiapan dan akuntabilitas. Contoh, jika calon pelanggan meminta referensi kepada kontraktor atap, tukang atap dapat bereaksi dengan memeriksa daftar pelanggan lamanya dan menelepon mereka satu per satu untuk mengetahui apakah mereka bersedia memberikan referensi.
Contoh lain perbedaan antara strategi proaktif dan reaktif adalah dalam bidang pengendalian kualitas. Jika seorang manajer hotel berasumsi semuanya baik-baik saja sampai dia menerima keluhan pelanggan, dia menggunakan strategi reaktif. Kelemahan pendekatan ini adalah banyak pelanggan yang tidak puas tidak menyampaikan keluhan kepada manajemen; mereka hanya pergi ke tempat lain lain kali dan menyarankan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Strategi proaktif dapat mencakup pengambilan keputusan perekrutan yang hati-hati, menumbuhkan budaya layanan pelanggan di antara staf, memeriksa tamu selama mereka menginap untuk memastikan kebutuhan mereka terpenuhi dan tindakan lain yang mungkin dapat mencegah ketidakpuasan pelanggan.
Menggabungkan Strategi Proaktif dan Reaktif
Memang butuh proses agar pelaku bisnis selalu proaktif 100%, karena ada kondisi di mana bisa terpancing menjadi reaktif. Namun ada baiknya memasukkan elemen proaktif dalam strategi reaktif apa pun. Dalam doktrin strategi klasik, disebut dengan memasukkan unsur ofensif dalam pertahanan. Menanggapi keluhan pelanggan umumnya dianggap sebagai strategi reaktif. Namun, jika bisnis seperti restoran pengiriman donat yang menyertakan catatan di setiap kotak yang mendorong pelanggan yang tidak puas untuk menyampaikan keluhan pada no WA tertentu kemudian akan mendapatkan kompensasi gratis sepaket donat, perusahaan tersebut dapat meredam menyebarkan kabar buruk dari mulut ke mulut.
Jika diamati, banyak bisnis berjalan berdasarkan strategi reaktif. Misal, ketika pesaing mampu melakukan banyak inovasi, perusahaan lain menyerang reputasi pesaing, mencari celah memainkan drama reputasi pesaing. Teknik reaksioner ini mungkin berguna untuk mengimbangi pesaing, namun memiliki banyak kekurangan, karena energinya cenderung habis mengurus pesaing, sehingga lupa memikirkan perusahaan untuk lebih inovatif. Konkretnya, perilaku proaktif mampu memetakan apa yang harus disikapi dan dilakukan sekarang untuk masa depan
Reaktif, adalah suatu kondisi di mana kita menyerah dan hanya menyikapi dari kondisi lingkungan yang ada, menanggapi dari lingkungan, menjawab fenomena yang ada. Pada suatu kondisi kita hanya seperti berusaha memadamkan api, dari percikan api yang timbul di sana sini, tapi tidak mampu mengantisipasi secara konkret saat ini.
Tips membangun strategi proaktif dalam bisnis antara lain:
Pertama, Memanfaatkan Visi dan Umpan Balik Produk
Pelaku bisnis melalui perusahaannya harus berkembang dan tumbuh berdasarkan visi produk dan respon pelanggan, bukan kondisi ruwetnya persaingan. Namun manajemen juga terus dikembangkan agar ada peningkatan secara bertahap. Soluinya dengan sungguh-sungguh mendengarkan kebutuhan pelanggan dan umpan balik produk,
Kedua, Gunakan Data.
Jangan lupa, selalu gunakan data untuk memprediksi tren masa depan. Pengusaha dapat menggunakan data historis tentang bisnis dan pelanggan, khususnya perilaku, minat, dan demografi pelanggan, Hal ini berguna untuk memprediksi dan memperkirakan perubahan dan tren di masa depan. Tren ini akan memungkinkan wirausahawan untuk lebih proaktif dan mengambil tindakan yang akan mengoptimalkan inovasi dan kreativitas untuk mencapai hasil yang diinginkan
Ketiga, Tetapkan Tren
Ada hal yang cukup penting, bahwa mengikuti tren tidak pernah cukup, jika ingin bisnisnya memiliki value yang nyata. Intinya jadilah penentu tren daripada hanya mengikuti tren dari pesaing. Ini menantang dan membutuhkan banyak usaha, tapi itu jalan kemenangan.
Keempat, Fokus Pada Keyakinan Anda Yang Lebih Dalam
Dari pengalaman, pengamatan, penelitian dan masukan berbagai pihak akan mengarahkan pada keyakinan terdalam untuk fokus pada hal-hal yang penting dalam bisnis. Misal kalai belajar dari suksesnya produk Apel, makabisa melihat pendirinya, Steve Jobs yang menyukai desain hebat dan membenci segala sesuatu yang rumit. Dia tidak menciptakan produk berdasarkan standar kompetitif; dia membuat hal-hal menjadi ciri keunggulan Apel. Diawlai dengan membangun keyakinan internal perusahaan bahwa sedang menempuh jalan yang benar.
Kelima, Ciptakan Struktur yang Tepat
Jika ingin segalanya efektif, maka struktur adalah segalanya! Banyak kesuksesan karena mampu membangun sistem dan metodologi untuk dijadikan pedoman. Pedoman ini memungkinkan adaptasi dengan cepat untuk merumuskan layanan secara selektif berdasarkan kebutuhan klien sambil mempertahankan layanan yang konsisten dan proaktif
Menjadi pengusaha, pelaku bisnis dan entitas bisnis yang proaktif, memang butuh waktu, tapi seiring waktu berjalan, jika tidak segera proaktif, maka sengitnya persaingan akan melindas kuat siapapun yang tidak cepat beradaptasi. Proaktif saat ini atau dipaksa keadaan menjadi pasif selamanya