Provider seluler ternama, setidaknya di 3 tahun terakhir, mulai 2010-2012, terus menggelontor pasar dengan paket bundling perangkat seluler dengan kartu perdana dengan harga yang sangat murah, bahkan kadang tidak masuk di akal bisa semurah itu, ada Esia dengan HP senilai ratusan ribu, dengan isian perdana berpulsa puluhan ribu, ada Telkom Flexi, juga ada Smartfren dengan HP ratusan ribu dengan layar warna.
Kenapa mereka seperti ini? Ini memang sudah dikatakan oleh Jack Welch, Pebisnis dari General Electric (GE) bahwa ; “Apabila kecepatan perubahan suatu bisnis dilampaui oleh kecepatan di luar perusahaan maka akhir dari perusahaan itu sudah dekat”
Relevan memang statemen ini, ketika Provider seluler awalnya mengusung paket bundling dari HP ternama yang harganya 3-7 jutaan, tidak mampu menusuk di pasar dengan cepat, karena memang kondisi di luar, HP murah dari China membanjiri pasar Indonesia, dengan mengusung fitur2 yang semakin beragam dan terbaru, tentu ini tidak bisa menjadi provider seluler itu EGOIS terhadap pilihan harga yang selalu mengusung kepada produk bundling HP yang premium, mereka sadar ketika pasar eksekutif sudah masive, maka perlu membidik segmen dengan target HP yang low end.
Rumusnya adalah siapapun yang sudah terlanjur masuk pasar dengan harga dan produk, didukung dengan promosi terbuka, maka mereka mau tidak mau sudah pada persaingan yang sangat luas, sehingga pesaing bisa melakukan respon dan perubahan yang cepat, dengen manuver yang jauh lebih berani lebih dekat dengan konsumen. Dan yang terpenting pada saat itupulah konsumen akan pandai membandingkan.
Sehingga memang cara terbaik dari menang dari kondisi ini adalah menyeimbangkan irama pasar dengan irama bisnis di perusahaan Anda, karena market sekarang bisa menentukan ‘nilai dari harga’ produsen, bahkan dengan respon yang sangat simpel, yaitu “tidak mau membeli” dan mengajak dalam keluarga/koloni/komunitasnya untuk juga merekomendasikan produk lain, dengan alasan yang bisa saja sangat simpel, tidak perlu sangat teknis.