Sebelum fokus kepada membangun keunikan, diawali dari sebuah cerit ringan : Semalam jam 8 dapat sms ajakan wisata kuliner, kami 6 orang  satu kendaraan, dalam perjalanan berangkat kami bahas kenapa salah satu target kami adalah sebuah usaha bakmi di daerah pundong, bantul. Jujur ini jauh juga, daerah yg pernah hancur berat karena Gempa Jogja. Sebenernya memang ada yang menarik dari ajakan ini

  • Bakmi ini jauh dari keramaian kota, bahkan di desa, namun pengunjung dari berbagai wilayah
  • Bakmi ini membuat mie sendiri bentuknya sangat unik kotak tipis panjang seukuran tali sepatu berbeda dengan Bakmi pada umumnya yang bahan bakminya seukuran lidi-lidi
  • Bakmi ini mengusung keunikan konsep pedas yang berbeda, tidak menusul lidah langsung pedasnya, namun jika tidak kuat memang perut bisa panas
  • Dinamaman MIDAS karena memang konsepnya BAKMI PEDAS, sehingga berbeda dengan bakmi lain yang mengusung konsep BAKMI ENAK GURIH dll

Setelah perjalanann panjang dalam kegelapan sampailah kami kesana, saya terteegun kepada sebuah keunikan kembali, karena sebelum di masak mie nya di timbang menggunakan timbangan konvensional dengan biji ukuran dari kuningan yang sering dipake di pasar tradisional. Hem penasaran maka beberapa rekan saya mengamati kenapa mie nya harus ditimbang sebelum di masak?

satu persatu bahan mie sehabis ditimbang pada ukuran tertentu di masukkan baskom lalu disiapkan ke tukang masak.

Yang menarik pula, ketika ada beli bakmi untuk dibungkus, maka bakmi goreng di masak sejumlah berat tertentu dan setelah matang maka ditimbang kembali satu2 sebelum dibungkus dengan kertas coklat. hehehehehe unik

Yah itulah bahwa membangun keunikan tidak harus sesuatu yg modern, canggih, selalu teknologi di depan, kadang menggunakan teknologi belakang alias yang sudah kuno.

Kadang juga keunikan tidak mengharuskan menggunakan akal tertinggi kita, tidak harus dengan ilmu kelas atas, tetapi bisa dengan ilmu dan ide terbawah..

Bersyukur ternyata rekan kami memberikan kesempatan smeua yg ikut dapat bungkusan satu2, sehingga begitu sampai rumah saya serahkan ke istrim dan ternyata dikomentari

“wah ini mah di Lampung juga ada namanya bakmi KODON”

Yah jika melihat hasil produknya mungkin sama, tapi jika melihat prosesnya pasti beda, karena harus ditimbang satu2 biar adil.

  • Sehingga keuunikan bisa saja dalam sebuah proses, 
  • Keunikan bisa ditiru dari sisi perilaku belum tentu dari rasa (perasaan–> feeling)