Dalam perjalanan hidup saya, bersyukur bisa bertemu dengan ratusan pengusaha/tokoh, berkunjung ke berbagai kota bertemua para pebisnis lokalnya, terutama dari jaringan KADIN. Berbagai hal dilakukan, diskusi berkenan strategi pemasaran, dan mereka rupanya sangat tertarik dengan materi membangun merek, atau kadang secara umum disebut ‘Mbranding’, ya sekedar istilah gaul. Sayang sekali, dalam penerapan strategi pemasaran, banyak sekali pemahaman di tingkat awam yang masih prematur, misal saat membangun brand hanya sekedar menyiapkan logo, tagline, slogan dan kemasan yang indah. Sedih, jika melihat kenyataan itu, karena branding itu bukan tentang atribut itu semata, tapi lebih dalam tentang pesan yang akan disampaikan, hingga persepsi yang ada di pasar, posisi merek kita di benak konsumen. Bahkan ada istilah yang sangat kasar, menurut saya : “Ingat, nama, logo, slogan itu bukan merek tapi alat komunikasi untuk melambangkan merek Anda”.
Ya persoalan kasar tidaknya, abaikan saja, tapi tugas utama saat ini adalah menjadikan apa yang dalam logo, slogan, tagline menjadi nyata di mata konsumen. Baiklah, apa intisari dari intro ini? Bahwa dalam strategi pemasaran, jangan membuat kesalahan dengan sekedar membuat logo yang keren, tagline yang menantang lawan, slogan yang tinggi di angkasa. Perjalanan membangun branding juga dipengaruhi, sejauh mana pemahaman tentang membangun branding itu sendiri, karena jangan sampai ketika sudah melibatkan media, persepsi di masyarakat justru buyar karena tidak ada kesatuan arah antara stratei pemasaran, dan proses bisnis itu sendiri.
Ada 7 hal sebagai checklist untuk upaya sebelum promosi gencar dengan menggunakan brand yang ada :
Pertama, legalitas merek
Pastikan legalitas atas merek sudah memenuhi hukum yang berlaku, misal sudah didaftarkan ke DIRJEN HKI, bisa dicek di http://www.dgip.go.id/pengenalan-merek. Jangan sampai sudah membangun brand dengan even, promosi, iklan, viral dan media sosial tapi ternyata brand itu sudah didaftarkan oleh pihak lain. Ini sering terjadi dan ramai ribut sampai konflik harus sampai kene gugutan hukum, melibatkan pengadilan.
Kedua, identifikasi target pasar
Apalkah mungkin omzet meningkat kalau salah dalam memilih target pasar? Misal Anda mau menawarkan mobil impr seharga 6 Milyar, ke even lomba band antar SMP, atau promosi terus menerus ke even anak-anak SD? Sehingga perjelas “Siapa target?”. Berpatanglah mengata target pasar itu “semua orang”, karena dalam strategoi pemasaran yang efektif, hal itu merupakan sebuah kesalahan besar sekali. Beberapa penelitian, menggambarkan bahwa pertumbuhan tinggi dari pejualan merek, dan perusahaan meraih laba tinggi karena fokus pada target yang pasti. Semakin sempit fokusnya, terbukti akan semakin cepat pertumbuhannya. Dan tenryata semakin variatif, banyak variasi target audiens, semakin mengecilkan probabilitas penjualan di banding biaya marketing. Sehingga sangat penting memiliki rumusan identifikasi atas target konsumen, dan itu merupakan awal yang indah, karena setiap target pasar, memiliki kemampauan komunikasi, dan harapan berbeda atas adanya produk-produk di pasaran. Misal remaja, anak sekolahan, dari ekonomi menengah, mungkin tidak berharap banyak atas jam tangan seharga puluhan juta rupiah, namun jika produk jam dengan harga ratusasan ribu dengan keunggulan tahan air, tahan banting, lebih diminati. Akan berbeda ketika eksekutif muda yang karir nya sedang dipuncak populartias nasional, mungkin tidak akan mencari jam tanhan seharga 200ribu, meski tahan tapi mencari jam tangan jutan rupiah yang bisa mendukung gengsi keartisannya. Ingat, berapapun besarnya biaya iklan Anda, yang akan ditangkap pesan iklannya oleh konsumen, adalah yang relevan dalam kehidupan konsumen.
Kedua, rumusan persepsi
Rumuskan persepsi atas brand yang akan dipakai, apakah mau dibuat kesan murah, kuat, awet, inovatif, dan jangan salah dalam merumuskannya. Jika sudah dirumuskan persepsi yang akan ditanamkan ke pasar, maka dalam membuat iklan promosi akan lebih mudah mendesain, membangun performanya. Misal jika persepsi murah, maka iklan menggunanakan tokoh endorser dari perwakilan kaum bawah, jika dikesankan elite, maka menggunakan tokoh iklan dari artis ternama, pejabat, juga dalam desain ada perangkat yang menunjukan sebuah kemewahan. Rumusan persepsi ini jika diteruskan lebih dalam akan jadi upaya positioning, dalam dunia marketing. Jangan salah merumuskan, misal dirumuskan persepsi murah, tapi dalam iklan, kampanye marketing malah menggunakan atribut kesan mewah.
Ketiga, rumusan visualisasi yang unik
Strategi pemasaran, umumnya seriing menyebut kata unik/berbeda, artinya mudah dibedakan dengan para pesaing, mudah dicerna dan mudah dipahami. JIka perlu dalam visualisasi mengambil kesan bersih, lega. Jika dengan logo pun, haruslah yang mudah dibedakan, tulisan juga mudah dibaca, bukan dengan huruf latin yang sulit dibaca, cenderung menggunakan huruf kapital yang mudah dikenali. Amati saja logo dari MICROSOFT, INTEL, ASUS, NOKIA dll, rata-rata cenderung untuk mudah dikenali. Penggunaan warna untuk visualisasi, juga harus disesuaikan kondisi, jangan sampai produk tentang alam, namun warna merah menyala lebih dominan, baiknya warna hijau biru.
Keempat, rumusan tagline atau byline.
Dalam berbagai upaya pemasaran, yang sering terlihat, adanya slogan. Nah ketika logo mencerminkan visualisasi yang jelas di mata, maka perlu juga slogan dengan kalimat pendek untuk memastikan persepsi yang akan dibangun ke benak konsumen. Ada 2 pengertian, antara byline dan tagline, kalau byline itu datar, deksriptif, misal TOKO KOMPUTER YOGYA, isinya datar menggambarkan kalau ini toko komputer. Sedangkan tagline, lebih diposisikan menantang, bersaing dan tegas, misal TOKO KOMPUTER NO 1 di YOGYA, TOKO KOMPUTER TERLENGKAP. Dalam aplikasinya sering tagline ini dicontohkan seperti BRANDnya PHILIPS yaitu TERUS TERANG TERANG TERUS. Atau dari Yamaha dengan MOTOR NO 1. JIka memahami lebih dalam, maka perusahaan baru bisa main aman di byline dan perusahaan yang sudah mapan bisa mengembangan produk bermerek dg TAGLINE.
Kelima, kesatuan mindset SDM
Penerapan strategi pemasaran, tidak lepas dari peran sumbedaya manusia (SDM), sehingga sedari awal, jelaskan lahkepada staf/pegawai, tentang makna, maksud dari brand yang akan dibangun, karena dari merekalah, konsumen nanti akan mendapatkan gambaran nyata tentang persepsi merek yang dikomunikasikan ke konsumen. Mengkomunikasikan ke konsumen saat ini tidak hanya bentuk iklan, bahkan adanya media sosial saat ini, maka perilaku karyawan, bentuk layanan, kualitas komunikasi akan mudah dikomunikasikan setiap orang melalui media online, dan melekat lama. Media online cenderung lebih mudah cepat dikonsumsi masyarakat lebih cepat terbaca dan masuk ke benak konsumen. Komunikasikan dan jelaskan alasan menentukan rumusan branding, persepsi dan standar layanan, sampai dari dasarnya misal ; mengapa dan bagaimana identitas merek yang dibangun ke pasar. Apapun itu membutuhkan dukungan staf/karyawan agar upaya branding menjadi efektif.
Keenam, rumusan turunan operasional
Merek yang mengesankan dapat memperkuat perbedaan Anda dari pesaing dan dapat membantu mendorong kesetiaan pelanggan. Namun mengembangkan merek yang langgeng melibatkan lebih dari sekadar mendesain ulang logo Anda, tapi aktifitas
Ketujuh, susunlah daftar media
Susunalah daftar media untuk komunikasi pemasaran yang sesuai dengan target pasar Anda. Pilih media dimana target pasar benar-benar membacanya, berlangganan, dan setiap saat mengkonsumsi media tersebut. Boleh memilih media massa cetak, media online atau media sosial, namun tulislah dalam rumusannya, media mana dulu yang mau digunakan, bainya ada prioritas. Harap diingat, jika media cetak, maka respon nya dalam bentuk pembelian, diskusi mulut ke mulut, mengakses web kita. Namun kalau media sosial bisa langsung menanggapi di media, sehingga butuh orang yang mampu mengawasi proses interaksinya, mungkin dalam hal edukasi produk, dalam hal cara membeli, harga grosir dan lain lain. Jangan tergiur penawaran pasang iklan murah, tapi ukur kesesuaiaan dengan target pasarnya. Jika memang target pasar untuk kamu wanita, ya jangan pasang iklan di media pria. Semata demi efektifitas iklan, positioning, dan penjualan.
Demikian sedikit tentang strategi pemasaran fokus ke branding, membangun merek ke konsumen. Terimakasih dan mohon maaf jika ada khilaf.