Strategi Pemasaran. Ketika dulu banyak perusahaan takut dengan unsur pers& media massa, berdampak sering terjadinya pengusiran wartawan atau jurnalis, . Secara umum bileh dikatakan antipati atau skeptis terhadap unsur-unsur media massa. Namun ironinya perusahaan tersebut dalam usaha promosinya tetap menggunakan media massa sebagai media iklan, baik berupa gambar maupun teks, untuk implementasi strategi pemasarannya.

Apakah media iklan tersebut 100% efektif?

Pertanyaan mendasar adalah pola promosi apakah untuk mendukung strategi pemasaran mereka? Dalam paradigma berpromosi efektif di manca negara membangun relationship dengan media massa merupakan budaya promosi yang segmentif, murah, kamuflase, rekayasa obyektifitas, dan persuasif. Dipandang sebagai fungsi dan substansi materi promosi melalui pers dapat terbagi paling tidak ada 2:

Pertama Kontradiktif, ketika sebuah media massa fokus pada berita-berita yang bersifat kontroversial sebagai nilai diferensiasi marketingnya, dalam artian nilai kontroversi tersebut memang sebuah bagian kerangka manajemen dalam rangka usaha oplah/omset media tersebut. Sehingga sebuah perusahaan atau anda perlu memperhatikan sudut pandang:

* Sejauh mana wartawan/reporter tersebut mempunyai hubungan emosional dan kedekatan fisik. Artinya ketika sebuah Perguruan tinggi mempunyai Majalah Mahasiswa atau Bulletin Pegawai, kemudian isi dari Majalah tersebut menohok atau menghujat tempat mereka kuliah/kerja maka muatan hujatan dalam majalah tersebut mempunyai kedekatan fisik dan mungkin emosi yang kuat yang jail trersebear kepada umum maka akan mampu mempengaruhi persepsi masyarakat atau sekelompok golongan masyarakat tertentu, sehingga ketika Iklan Promosi Penerimaan Mahasiswa baru termuat secara besar-besaran di halaman depan namun di halaman akhir termuat berita yang menohok berlaman dengan iklan di halaman depan, maka akan menimbulkan minimal 2 persepsi yang berbeda.

* Solusi : Perguruan tinggi tersebut sebisa mungkin “rajin” melakukan pendekatan kepada unsur-unsur media pers tersebut, agar fungsi pers internal tersebut tidak berlawanan dengan media iklan dari pihak humas perguruan tinggi tersebut, misal di Brosur Perguruan tinggi tersebut ditulis bahwa Kehandalan IT sudah Maju, namun dalam Majalah mahasiswa tersebut tertulis, bahwa SDM nya belum siap IT, faslitas hardware softwarenya masih kuno, pejabat nya masih buta IT, anggaran pemeliharaan IT tidak ada.

* Sejauh mana fungsi control redaksi media tersebut menguji kebenaran muatan isi media tersebut? Hal ini ketika kedekatan fisik sangat rendah namun kedekatan emosional sangat tinggi, misal seorang mantan pegawai dari sebuah perusahaan di kota A kemudian berpindah ke kota B dan diterima bekerja sebagai wartawan di Majalah kota B tersebut, maka sang wartawan bisa saja menulis/mengupas habis faktor negatif yang menjurus pada perusakan reputasi didorong faktor dendam kepada perusahaan di kota A tersebut

Kedua Proaktif dan Persuasif : Ketika unsur-unsur pers internal maupun ekternal mampu memberikan angin segar terhadap layanan jasa maupun produk kita, ini merupakan sebuah promosi yang bisa saja gratis dan murah, daripada kita harus sibuk beriklan raksasa. Membina hubungan baik dengan wartawan dan pers sebenernya bisa jauh lebih murah dan efektif dari pada kita harus mati-matian membuat iklan dipinggir jalan dengan sebegitu besar dan dikenakan pajak yang besar pula. Walaupun perbedaaanya ketika beriklan dengan berbayar maka muatan isi dan substansi kita bisa desain tersendiri, namun ketika mengalir layknya reportase maka muatan yang terjadi dan termuat tergantung pada kemampuan Reporter/wartawan kecuali kita menmberikan Muatan dasar dengan Press Release.

Artispun bisa tenar sebegitu cepat tanpa harus iklan kemana-mana pasang Baliho atau nyebar brosur, karena nilai efektinya berbeda dan mereka sangat tergantung dari fungsi-fungsi pers, artinya pers merupakan media yang efektif peningkatan reputasi yanpa yang lain pun, tergantung segmentasi dan targeting juga positioning yang akan ditekankan. Jangan anggap remeh pers dalam strategi marketing anda dan jangan terlalu obral duit untukpers, karena ada faktor kaulitas kedekatan terhadap unsur-unsur pers yang lebih bernilai, manusiawi dan persuasif.